
Fajarnewstv.com,” Makassar-
Hj Roslina Syamsuddin Gelar Workshop  make up pengantin Bugis  Tema,’Memaknai Prosesi Rias Pengantin Bugis (Pakem) Sebagai Cerminan Adat dan Budaya Siri’Na Pacce pada hari Senin 24 Juni 2024  di baruga angin mammiri jln H.I.A.Saleh Dg Tompo no 33 Makassar.

Kegiatan ini juga terlaksana berkah bantuan Balai Pelestarian Kebudayaan wilayah XIX
Acara workshop kali ini dihadiri Ramlah Yusran ,Rahmat Hidayat ,hj Roslina Syamsuddin,hj masgaba,hj Sri rostiati jais 
Host ,’Nurul Zhaafira

Peserta Mua-Mua Makassar juga dari luar kota Makassar ,Irna makeup ,Dyah makeup,Alda makeup dengan pemateri mua Rahmat Hidayat ,sponsor RANEE COSMETIK

Menurut,’ Hj Roslina ,” Suku Bugis, kelompok etnis yang sebagian besar tinggal di Sulawesi Selatan, Indonesia, memiliki warisan budaya yang kaya yang dilestarikan dan dirayakan dengan cermat melalui adat pernikahan tradisional dan seni tata rias mereka. Riasan dan pakaian memainkan peran penting dalam pernikahan Bugis, melambangkan transisi pengantin wanita ke tahap kehidupan baru dan mewujudkan ikatan pasangan.

Pada hari-hari menjelang pernikahan, pengantin wanita menjalani serangkaian ritual kecantikan yang rumit. Tata rias tradisional Bugis, yang dikenal dengan nama ‘passapu’, merupakan bukti kehebatan seni masyarakat Bugis dan apresiasi mereka yang mendalam terhadap keindahan. Proses riasan diawali dengan lapisan dasar pasta kunyit kuning yang dipercaya memiliki khasiat memurnikan dan mempercantik. Selama ini, penata rias yang terampil dengan cermat menerapkan pola dan desain rumit menggunakan kohl hitam, menciptakan efek menawan dan memukau. Desainnya, seringkali terinspirasi oleh alam, melambangkan keharmonisan, kemakmuran, dan kesuburan.

Pakaian pengantin wanita juga sangat indah dan memiliki makna budaya yang signifikan. Dia menghiasi pakaian tradisional yang disebut ‘baju bodo’, pakaian longgar berlengan panjang yang terbuat dari kain mewah seperti sutra atau beludru. Baju bodo dihiasi dengan sulaman yang rumit, sering kali menampilkan motif yang mewakili sejarah dan kepercayaan masyarakat Bugis. Hiasan kepala pengantin wanita, yang dikenal sebagai ‘songkok recca’, adalah mahkota hiasan yang terbuat dari emas atau perak, dihiasi dengan batu-batu berharga dan karya kerawang yang rumit. Topi baja ini melambangkan status mempelai wanita sebagai seorang putri dan melambangkan peralihannya menuju peran barunya sebagai istri dan ibu.

Upacara pernikahan Bugis juga merupakan acara yang rumit dan menawan. Pasangan ini bertukar sumpah dalam upacara tradisional yang dikenal sebagai ‘akad nikah’, yang diresmikan oleh seorang pemimpin agama. Setelah akad nikah, pasangan tersebut mengikuti serangkaian ritual adat yang melambangkan persatuan mereka dan memohon berkah dari leluhur mereka. Ritual ini mencakup ‘Mappasilaka’, di mana kedua mempelai diberikan hadiah dan berkah dari keluarga dan teman-teman mereka, dan ‘Mappanre Temme’, di mana pasangan digendong di atas tandu dan diarak keliling desa.

Kecintaan masyarakat Bugis terhadap tradisi mereka terlihat jelas dalam ketelitian dan kesenian dalam setiap aspek perayaan pernikahan mereka. Riasan, pakaian, dan ritual bukan sekedar hiasan kosmetik tetapi mencerminkan nilai-nilai budaya dan kepercayaan masyarakat Bugis yang mengakar. Melalui tradisi-tradisi ini, mereka melestarikan kekayaan warisan mereka dan memastikan bahwa generasi mendatang akan terus menghargai dan merayakan identitas unik mereka.

Dalam permadani budaya Indonesia yang dinamis, seni tata rias pengantin Bugis memiliki tempat yang istimewa, menampilkan kekayaan tradisi dan kesenian indah masyarakat Bugis. Dikenal sebagai ‘Makeup Pengantin Bugis’, bentuk riasan pengantin yang rumit ini mengubah pengantin wanita menjadi sosok yang bersinar dan menawan, melambangkan keindahan, keanggunan, dan awal yang penuh keberuntungan.
Workshop tata rias pengantin Bugis menggali teknik rumit dan seni yang diperlukan untuk menciptakan tampilan menakjubkan ini. Peserta diperkenalkan dengan pigmen tradisional dan peralatan yang digunakan, seperti mineral alami bumi, kunyit, dan kuas halus. Mereka mempelajari langkah-langkah penting dalam mempersiapkan kulit, mengaplikasikan alas bedak putih, dan dengan cermat menyusun mata, bibir, dan pipi yang rumit yang menjadi ciri riasan pengantin Bugis.

Di bawah bimbingan Perias andal yang terampil, peserta mengeksplorasi simbolisme dan makna budaya di balik setiap elemen riasan. Mereka menemukan makna dibalik alis yang tebal, aksen emas yang berkilauan, dan penggunaan motif bunga untuk mewakili keindahan dan kesuburan. Mereka juga mendapatkan wawasan tentang peran tata rias dalam meningkatkan fitur alami pengantin wanita dan menciptakan tampilan yang kohesif dan harmonis.

Workshop kali ini memberikan pengalaman langsung, memungkinkan peserta untuk mempraktikkan teknik dan bereksperimen dengan berbagai warna dan desain. Mereka bekerja dalam kelompok kecil atau individu, menerima umpan balik dan bimbingan yang dipersonalisasi dari penguji mereka. Seiring dengan pengembangan keterampilan mereka, mereka belajar untuk menyeimbangkan estetika tradisional dengan tren modern, menciptakan tampilan riasan memukau yang menghormati budaya Bugis dan mencerminkan gaya unik pengantin wanita.
laporan,”Andi Nindarwati
Editor,”M fajar saputra
 
		 
									 
					